Pixel Art & Design

Home



Desainer dan Bahasa

Seorang desainer tentunya akan berhubungan dengan bahasa dalam pekerjaan sehari-harinya. Bahasa yang sering diwakili kehadirannya oleh huruf bahkan telah menjadi bagian dari desain itu sendiri. Komunikasi verbal telah banyak bercampur dengan komunikasi visual. Saat ini mungkin telah ada jutaan jenis huruf atau font face yang dipakai oleh para desainer untuk mengekspresikan ide-ide dan mengkomunikasikan hal-hal tertentu dalam karya desainnya. Serif, Sans Serif, Decorative, Script sampai Symbol.
Dalam dunia desain kita telah mengenal tipografi. Tipografi adalah faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual seperti lukisan. Melalui tipografi, komunikasi verbal dihadirkan melalui nilai-nilai estetika visual. Dalam industri periklanan seorang art director atau desainer grafis dibantu oleh seorang copywriter yang bertanggung jawab akan komunikasi verbal ini. Sedangkan dalam industri publishing biasanya dibantu oleh seorang editor. Namun dalam prakteknya seringkali seorang art director atau desainer juga merekomendasikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi verbal tersebut. Misalnya dalam masalah panjang-pendeknya sebuah headline
yang nantinya juga akan mempengaruhi layout sebuah karya desain.

Idealnya seorang desainer juga harus mampu bertanggung jawab atas komunikasi verbal yang ada dalam karya desainnya. Hal ini sangatlah dibutuhkan jika suatu saat seorang desainer bekerja mandiri tanpa didampingi oleh copywriter ataupun editor. Nyatanya seringkali kita menemukan banyak desainer yang belum terlalu peduli dengan hal ini. Banyak penggunaan bahasa yang salah atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Para desainer tampaknya lebih mempedulikan masalah tipografi dan tampilan visual saja, namun cenderung melupakan bentuk komunikasi verbalnya. Akan tampak sangat lucu jika sebuah poster mempunyai desain dan tipografi yang sangat keren tapi ada kesalahan pada headline-nya.

Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan oleh para desainer adalah pemakaian kata “disain” sebagai kata serapan dari bahasa asing design. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata design diserap menjadi bahasa Indonesia menjadi desain, dan designer menjadi desainer. Kesalahan ini menurut saya cukup fatal karena sebagai desainer tidak bisa mengenali diri sendiri. Sebagai seorang desainer seharusnya kita mampu untuk mengidentifikasi profesi dan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengidentifikasi permasalahan klien yang kemudian kita ciptakan solusinya melalui karya desain. Kesalahan lain yang seringkali saya lihat adalah ketidaktahuan penggunaan kata depan di, ke dan dari, yang seringkali kata tersebut disambung dengan kata cukup fatal karena sebagai desainer tidak bisa mengenali diri sendiri. Sebagai seorang desainer seharusnya kita mampu untuk mengidentifikasi profesi dan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengidentifikasi permasalahan klien yang kemudian kita ciptakan solusinya melalui karya desain. Kesalahan lain yang seringkali saya lihat adalah ketidaktahuan penggunaan kata depan di, ke dan dari, yang seringkali kata tersebut disambung dengan kata singkatan dan akronim, penggunaan huruf kapital, penggunaan angka sebagai lambang bilangan, serta penggunaan kata serapan dari bahasa asing.

Kesalahan-kesalahan tersebut memanglah bukan masalah besar jika tidak mengubah arti dari pesan yang dikomunikasikan. Tapi akan tampak sangat konyol jika seorang desainer tetap melakukan kesalahankesalahan tersebut berulang kali. Bukan tidak mungkin, suatu saat Kebiasaankesalahan kecil akan merugikan desainer yang kurang teliti itu sendiri karena akan sangat membuka tidakmembiasakan teliti dalam masalah peluang untuk melakukan bahasa pada kesalahan!pekerjaannya. Kebiasaan yang kurang teliti akan sangat membuka peluang untuk melakukan kesalahan dalam penulisan kata-kata. Hal ini akan menjadi sangat fatal apabila kesalahan tersebut juga tidak disadari oleh klien dan akhirnya sebuah desain telah dicetak ribuan eksemplar. Pengalaman selama saya bekerja telah menyaksikan sebuah kesalahan kecil yang telah dicetak pada 2000 flag chain yaitu penulisan handphone yang kurang huruf “d” menjadi hanphone. Juga kesalahan pada penulisan merek Swarovsky menjadi Swarosky. Karena kesalahan-kesalahan “kecil” tersebut bukan tidak mungkin seorang desainer mengalami kerugian yang tidak sedikit. Maunya untung
malahan menjadi buntung!

Seorang desainer juga akan lebih dihargai oleh copywriteratau editor jika desainer tersebut mempunyai pengetahuan tentang bagaimana penggunaan bahasa yang baik dan benar. Seorang desainer sudah layak dan sepantasnya dapat memberi masukan-masukan kepada
copywriter atau editor guna kesempurnaan hasil kerja sebuah tim. Seorang desainer juga harus memperluas wawasannya dengan berbagai referensi yang ada, karena bahasa adalah ilmu yang senantiasa terus berkembang mengikuti perkembangan jaman. (art & graphic Nov)
Today, there have been 1 visitors (1 hits) on this page!
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free